Saatnya Jadi Nasabah Bijak dengan Cerdas Tata Kelola Keuangan
Banyaknya kejahatan siber membuat siapa saja ngeri-ngeri sedap. Tak terkecuali saya di mana apes itu bisa saja terjadi dan saatnya menjadi nasabah bijak.
ivhaa.net |
Tidak harus dengan membeli piranti khusus atau pula harus menguras kocek dalam-dalam untuk kemudian dikatakan nasabah bijak. Cukup menjadi diri sendiri dan lebih bijak dalam bersikap.
Semisal paling mudah tidak perlu pamer atas saldo yang dimiliki. Cukup diri sendiri saja yang tahu. Bisa jadi bila kita pamer screenshot saldo yang ada justru mengundang niat orang untuk berbuat jahat.
Ingat kata Bank Napi, kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelaku tapi juga adanya kesempatan. Dan kini sebisa mungkin kesempatan atau peluang itu ditutup rapat-rapat.
Tak kalah penting tentu saja menjaga keuangan tetap waras. Jangan sampai melakukan hal-hal konyol dan tidak sepatutnya kemudian keuangan keluarga bermasalah.
Beruntung pula saat ini telah hadir penyuluh digital Bank BRI. Di mana layanan ini berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat luas.
Setidaknya ada 3 tugas utama penyuluh digital, mulai dari mengajak dan atau mengajari masyarakat untuk melek layanan digital terutama bidang perbankkan. Hal pertama dan utama tentu dimulai dengan tata cara atau proses pembukaan rekening via online.
Selanjutnya, yang kedua berupa mengajak dan mengajari untuk lebih aman dalam transaksi secara digital. Di manapun berada kini proses perbankkan cukup dari smartphone.
Dan ketiga berupaya mensosialisasikan kepada masyarakat luas untuk mengamankan rekening dari kejahatan-kejahatan digital. Jangan mudah terbujuk rayu menerima bantuan atau tiba-tiba mendapat hadiah dan kita tidak tahu asal usulnya.
Saatnya Bijak Bersosial Media
ivhaa.net |
Mungkin kita tidak akan kesulitan menemukan mereka-mereka yang dengan percaya diri pamer kekayaan di sosial media. Apa yang ada kemudian diposting. Sesuatu yang bisa jadi justru menjadi bumerang karena menimbulkan niat jahat.
Atau bila tidak akan menimbulkan rasa iri, dengki atau julid orang sekitar. Tidak pantas pula kita mengusik rasa nyaman orang lain dengan apa yang dimiliki.
Sosial media pun menjadi satu pintu kejahatan yang paling banyak ditemukan. Adanya iming-iming atau menang undian bisa jadi pernah kira temukan. Setelah itu untuk mengambil hadiah dikenakan biaya administrasi.
Mereka yang tidak peka dan jeli bisa saja langsung mentransfer sejumlah uang. Tergiur hadiah yang ada membuat logika tidak berjalan dengan baik.
Belum lama ini pun saya mendapat pesan penipuan dari sebuah bank via whatsapp. Yang mana mereka mengirim surat pemberitahuan bahwa kita sebagai nasabah diminta untuk menyetujui biaya administrasi bulanan sebesar Rp 150 ribu.
Tidak percaya begitu saja saya pun menelusuri. Mulai dari nomor whatsapp yang digunakan untuk mengirim. Bila benar itu resmi pastinya ada centang biru.
Selain itu juga mengkonfirmasi via twiiter ke bank yang bersangkutan. Alhamdulilah media yang satu ini cukup responsif dan langsung mendapat jawaban kalau itu bukan dari pihak bank.
Dan terakhir saya cek nomor yang digunakan melalui aplikasi cek nomor. Dari informasi yang muncul nomor tersebut sudah ditandai sebagai spam dan penipu.
Kalau saja saya tidak melek media bisa saja akan menuruti apa yang dikatakan penipu. Namun dengan melek informasi maka semua itu terbantahkan dengan tenang.
Bahkan dengan bangga saya ingin silahturahmi dengan penipu. Tidak penting juga sih tapi gemes ini tertuntaskan.
Nasabah Bijak dengan Cerdas Tata Kelola Keuangan
Berbicara tentang keuangan dan tabungan maka secara tidak langsung kita sedang membahas dan mempertaruhkan masa depan. Salah ambil keputusan maka bisa jadi apa yang sudah kita tabung di bank akan sia-sia.
Beruntung saat ini telah ada gerakan nasabah bijak yang salah satunya di inisiasi Bank BRI. Bank plat merah ini mengajak seluruh nasabah untuk menjadi nasabah bijak.
Bukan hanya sekadar menabung dan selesai. Lebih dari itu harus bisa mengoptimalkan apa yang ada.
Mereka pun membentuk satu wadah atau komunitas untuk menggaungkan gerakan #NasabahBijak. Memberi literasi keuangan kepada seluruh lapisan masyarakat agar lebih bisa mengelola keuangan.
Selain itu juga mengajarkan tentang bagaimana melunasi utang, apa itu produk perbankkan, pajak, asuransi, suku bunga dan lain-lain. Semua itu sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan siber yang kian marak.
Mereka yang menjadi korban tentu saja orang-orang yang miliki saldo di bank atau yang cukup banyak. Hanya saja besar kemungkinan orang-orang ini minim literasi keuangan dan akhirnya mudah terbujuk rayu. Dan endingnya merasa kecewa, apa yang dikumpulkan bertahun-tahun hilang dalam sekejap karena telah tertipu.
Literasi keuangan ini pun bukan hanya untuk mereka yang miliki saldo di bank atau dana saja. Mereka yang saat ini bisa jadi tidak milikipun harus tahu.
Tujuannya tentu saja agar tata kelola keuangan lebih optimal. Hidup tanpa utang dan kemudian miliki tabungan.
Gagal paham dalam kaitan literasi keuangan bisa jadi itu adalah jurang kemiskinan. Berapapun yang yang ada tidak dikelola dengan baik.
Ibarat kata besar pasak daripada tiang. Yang ada kemudian utang di mana-mana hingga gali lubang tutup lubang.
Kebiasaan Baik untuk Keuangan Lebih Baik
Menjadi nasabah bijak tidak bisa terjadi secara tiba-tiba. Ada proses yang terjadi di dalamnya dan salah satunya tentu saja komitmen dan kebiasaan baik. Tanpa hal itu bisa jadi semua hanya sebatas wacana dan angan semata.
Tak ingin keuangan kocar-kacir, coba perhatikan beberapa kebiasaan baik berikut ini:
1. Lakukan Budgeting
Bagi mereka yang miliki gaji bulanan ada baiknya lakukan budgeting bulanan. Dengan cara ini maka akan diketahui berapa kebutuhan yang harus disiapkan dalam bulan berjalan.
Sebisa mungkin hitung dengan detail dan jaga agar tidak meleset. Bila harus meleset gunakan dana tak terduga atau cadangan sehingga tidak mengganggu pos lainnya.
2. Hitung Utang atau Kewajiban
Bisa jadi kita sebagai manusia tidak akan lepas dengan utang atau kewajiban. Hal ini menjadi prioritas utama karena mau tidak mau harus diselesaikan. Pastikan bayar tepat waktu agar tidak memunculkan bunga atau biaya lainnya.
Kewajiban bulanan yang bisa dipastikan muncul adalah bayar listrik, kuota internet, BBM, kos / kontrakan bagi yang tidak miliki rumah sendiri dan lain-lain. Bagi sebagian orang bisa jadi masih ada kewajiban lain yang harus diselesaikan.
3. Investasi Diri
Ingin terus tumbuh dan berkembang maka pastikan investasikan diri. Bentuknya bisa jadi mengikuti pelatihan atau sejenisnya.
Satu kegiatan yang akan membuat kemampuan atau value yang ada terus bertambah. Jangan sampai waktu terus berjalan dan kemampuan begitu-begitu saja.
4. Tabungan
Menabung hendaknya menjadi gaya hidup. Menyisihkan pendapatan dan kelak akan digunakan menjadi kunci bagi mereka yang ingin tetap tetap bertahan.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kelak. Tapi kita pastinya bisa melakukan hal baik untuk antisipasi hal-hal yang kelak sekiranya bakal muncul. Terutama mereka yang ingin pensiun dini.
Beberapa dari kalian pasti berpikir ngapain sih memikirkan pensiun dari sekarang padahal umur masih sangat muda dan masih sangat jauh dari pensiun.
5. Gaya Hidup
Gaya hidup tidak sehat menjadi biang kerok atas penyakit yang sering muncul. Bukan hanya berakibat fatal pada badan saja tapi juga pada sektor keuangan.
Kurangi jajan di luar dan mulai membiasakan makan di rumah bukan hanya bikin tubuh lebih sehat. Tentunya cara ini juga jaga keuangan rumah tangga tetap sehat dan baik-baik saja.
Selain 5 hal diatas tentu masih ada cara lain yang bisa ditempuh untuk atur keuangan. Namun setidaknya cara-cara tersebut cukup realistis dan bisa diterapkan.
Tinggal kembali ke komitmen, siap menjalankan atau tidak. Itu saja.
Posting Komentar untuk "Saatnya Jadi Nasabah Bijak dengan Cerdas Tata Kelola Keuangan"